Kumpulan puisi terinspirasi_karya Lodocia Pandang

1. PUJIAN UNTUK MAMA
Di setiap langkah aku melihat keajaiban di matamu. Cahaya bintang menerangi malamku. Ma, kamu adalah pelita di kegelapan, kamu memberi arahan dalam kebingungan.
Ma, kamu adalah pahlawan hidupku        dalam pelukanmu aku merasa aman.       Dalam senyumanmu aku menemukan kedamaian. Kata-katamu sederhana, kamu selalu menjadi tempat terbaik untuk pulang.
Dalam setiap doa yang kamu panjatkan aku merasakan cinta yang tiada habisnya, Ma. Selalu siap berkorban tanpa pamrih. Kamu adalah teladan cinta yang abadi.
Begitu banyak cerita yang terukir di ingatan kita. Demi cinta yang tak pernah pudar itu kamu mengajariku kesabaran dan pengertian. Ma, kamu adalah guru terbaik dalam hidupku.
Terima kasih Ma atas semua yang Mama berikan, Kasih sayangmu tak pernah pudar, meski waktu terus berjalan. Kamulah pilar kokoh dalam keluarga, kamulah sumber inspirasi dan kebahagiaan dalam hidupku.
Dengan cinta yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata  yang tak pernah habis, Aku ucapkan terima kasih , mama kaulah bintang yang selalu bersinar dalam hatiku. Kau yang membentukku. Segalah sesuatu yang hebat dalam hidupku aku dapat dari kamu.


2. DIBALIK POTONGAN KUE DAN TIUPAN LILIN

Di malam gelap yang sunyi, dalam keheningan yang menyelimuti, aku tersentak dari tidur pulasku. Angka-angka bertambah dalam hitungan, setiap tahun, tak terelakkan, dan semakin jauh.
Lilin menyala, membakar gulita, menandakan waktu yang bergulir tiada henti, setiap hembusan napas, tanda keberanian, menapaki jalan dewasa, tak terhindarkan lagi.
Dalam kebersamaan merayakan, tak terlupakan pahitnya tiupan lilin.  Setiap potongan kue, setiap doa, memohon keberanian di dalam peperangan jiwa.
Dewasa bukanlah impian semata, tapi perjalanan yang harus dijalani. Dalam keperihan dan ketakutan, ditemukan kekuatan yang terpendam.
Lilin padam, malam berlalu, tetapi kenangan akan tetap tersisa, bahwa dalam kegelapan yang merayap, ada cahaya yang menuntun, dalam setiap langkah. 


3. NAMAKU DIATAS BIBIR MEREKA
Dalam bisikan angin malam yang sepi, kutangisi luka hati yang tersembunyi. Di belakang tabir senyap, Ku dengar bisikan-bisikan pahit nan getir, Anjing menggonggong saatku lewat, namun aku tak menyadari, ternyata Aku yang dihakimi.
Kau, penilai yang tergesa, yang memahami apa gerangan di balik tirai? Mulut mereka bergerak menceritakanku, mereka tak tahu betapa dalamnya duka yang dirasakan, seandainya mereka ada saat aku sakit, mungkin air mata tak kan henti mengalir.
Kini, kisahku dijadikan bahan tuk diceritakan Mereka menyuarakan pendapat tanpa memahami, di antara lapisan kata.  Seribu dari mereka tak ada yang mengetahui kebenaran.
Bukankah kita manusia, dengan hati yang teramat sensitif? Janganlah terlena oleh bayangan, dan berhenti menilai tanpa memahami, karena di dalam setiap cerita, ada pelajaran untuk kita renungi.


4. PELUKAN TERHANGAT SANG AYAH
Di sini aku menulis puisi untukmu, dengan segenap cinta yang bisa kukumpulkan. Kau adalah cahaya di tengah gelapnya malam dan kekuatan di tengah amukan badai. Sekali dalam pelukanmu aku merasa tak terkalahkan, karena pelukanmu menghapus segala luka dan kesedihan. Tapi sekarang aku sudah dewasa, aku merasa hidup ini sulit, tapi aku ingin melihat kembali masa lalu dan mengulangi momen yang sangat indah. 
Kau nafkahi keluargamu. Dengan kesabaran dan pengertian, kau mampu mengatasi segala rintangan. Bahkan ketika dunia terasa begitu kejam, kau tetap kuat dan tidak pernah goyah.
Setiap kali aku berjalan, setiap kali kamu berjalan, melalui saat-saat baik dan saat-saat sedih, kita akan mengatasinya bersama. Dengan ayat ini, saya mengungkapkan rasa terima kasih dan rasa hormat saya kepadamu. Ayah, kau pahlawan sejati dalam hidupku.
Dengan cintamu yang tak ada habisnya, kau mengajariku arti hidup yang sebenarnya. Kata-kata ini mungkin tidak cukup, tapi kau selalu ada di hatiku, kau selalu menjadi bagian dari diriku. Terlepas dari kekurangan dan kesalahanku, kau mencintaiku tanpa pamrih dan tanpa batas.
Ayah, terima kasih atas segalanya. Hanya ada satu hal yang saya doakan. Bolehkah aku menjadi setengah dari apa yang telah engkau berikan kepadaku. Dalam perjuangan hidup ini, perjalanan panjang ini, aku selalu merindukan kehangatan pelukanmu. Ayah, dalam puisi ini aku mengungkapkan seluruh cinta dan hormatku. Kau adalah segalanya bagiku selamanya. 

5. BUNDA DUNIAKU
Di ladang lara, aku tumbuh dalam pelukanmu. Aku merasa aman walaupun tersembunyi dalam senyumanmu yang damai. Kau menjadikan putri pada kerajaanmu. Kau tak akan pernah iri pada kecantikan putrimu. Keberhasilan serta kemenangannya adalah kuncimu. Kau singa betina yang membelaku.
Di antara sorotan sinis dunia kau tetap jadi pelindungku, bunda kau tak tergoyahkan oleh angin badai, kau tetap tegar menuntunku dalam cahaya, kau selalu menomor satukanku pada medanmu.
Dalam gelapnya malam yang dingin aku merindukan belaian hangatmu, seakan segalanya takkan pernah sama tampahmu, kau cahaya dalam jiwaku.
Bunda, sungguh sulit tuk lalui hari-hari tampahmu. Namamu tak akan pernah menghabiskan tinta tuk menulis dalam setiap bait puisiku. Sekali lagi setiap coretanku namamu yang akanku jadikan diksi utamaku.

Comments

Popular posts from this blog

AKU YANG BANGKIT MERAJUT KISAH

Dua cerpen karya Lodocia Pandang